`
Latar belakang dan masa muda
Nabi Idris a.s., yang memiliki nama asli Akhnukh, adalah keturunan keenam dari Nabi Adam a.s., melalui jalur putra Nabi Adam, Syits a.s.. Beliau diperkirakan lahir di kota Manaf, Mesir, pada masa ketika keturunan Qabil, putra pertama Nabi Adam, telah banyak menyimpang dari ajaran tauhid. Mereka menyembah api dan berhala, dan berbuat kerusakan di muka bumi. Sebagian riwayat menyebutkan, Nabi Idris hidup sezaman dengan Nabi Adam selama kurang lebih 308 tahun.
Sejak kecil, Nabi Idris dikenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dan semangat belajar yang tinggi. Allah SWT menganugerahkan kepadanya berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, menjadikannya sosok yang mulia di mata kaumnya.
Mukjizat dan penemuan
Selain sebagai seorang nabi, Nabi Idris a.s. juga dikaruniai mukjizat dan kecerdasan luar biasa yang menghasilkan banyak penemuan penting. Beliau adalah manusia pertama yang menulis dengan pena, sebuah terobosan besar yang memungkinkan pengetahuan untuk dicatat dan diwariskan secara tertulis. Tidak hanya itu, beliau juga menguasai beragam ilmu pengetahuan, termasuk ilmu perbintangan (astronomi), matematika, dan kedokteran. Pengetahuan mendalam ini menjadi landasan bagi banyak kemajuan peradaban manusia. Beliau juga menerima 30 lembar suhuf dari Allah SWT, yang berisi pedoman dan ajaran untuk membimbing kaumnya, menjadikannya figur yang sangat berilmu dan bijaksana.
Nabi Idris a.s. juga dikenal sebagai seorang inovator yang membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari kaumnya. Salah satu penemuan utamanya adalah teknik menjahit pakaian, yang mengubah cara manusia menutupi tubuh mereka dari sekadar menggunakan kulit binatang menjadi pakaian yang lebih rapi dan nyaman. Selain itu, beliau juga berhasil menjinakkan kuda untuk membantu pekerjaan, sehingga mempermudah transportasi dan pengangkutan barang. Kecerdasan dan penemuan-penemuannya ini tidak hanya menunjukkan mukjizat yang diberikan Allah, tetapi juga memberikan manfaat nyata yang membuat kehidupan kaumnya menjadi lebih makmur.
Perjuangan dakwah dan hijrah
Nabi Idris memiliki kebiasaan beribadah yang sangat tekun, termasuk mengerjakan salat puluhan rakaat sehari semalam dan berpuasa sepanjang tahun. Meskipun demikian, kaumnya menolak dakwahnya dan terus berbuat maksiat. Ujian kemarau: Ketika kaumnya melupakan Allah, mereka dihukum dengan kemarau panjang. Setelah merasakan penderitaan, Nabi Idris berdoa kepada Allah, dan hujan pun turun kembali.
Hijrah ke Mesir: Karena penolakan yang terus berlanjut, Nabi Idris bersama para pengikutnya memutuskan untuk hijrah dari Babilonia ke Mesir..
Pertemuan dengan Malaikat Maut
Karena ketaatannya yang luar biasa, Malaikat Maut, Izrail, merasakan kerinduan untuk bertemu dengannya. Izrail pun meminta izin kepada Allah untuk menemui Nabi Idris. Ingin merasakan mati: Ketika Izrail datang dalam wujud manusia, Nabi Idris meminta agar nyawanya dicabut untuk merasakan sakaratul maut. Setelah merasakan kedahsyatannya, ia dihidupkan kembali atas izin Allah. Peristiwa ini membuatnya menyadari betapa beratnya kematian, sehingga ia merasa iba pada umat manusia yang akan menghadapinya. Melihat surga dan neraka: Nabi Idris kemudian meminta Izrail untuk mengajaknya melihat surga dan neraka. Di neraka, ia melihat malaikat penjaga yang menyeramkan dan siksaan yang mengerikan, membuatnya pingsan. Di surga, ia melihat keindahan yang luar biasa dan merasa sangat takjub.
Tinggal di surga: Setelah keluar dari surga, Nabi Idris sengaja meninggalkan sandalnya di dalam. Ia lalu kembali masuk dengan alasan ingin mengambil sandalnya, padahal ia ingin tetap berada di sana. Nabi Idris berdalih bahwa ia telah merasakan mati, sehingga tidak perlu merasakan kematian lagi, dan kini sudah berada di surga.
Diangkat ke langit
Allah SWT kemudian mengangkat Nabi Idris ke tempat yang tinggi, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Maryam ayat 56-57: "Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi".
Sebagian ulama meyakini bahwa Nabi Idris masih hidup di langit dan bertemu Nabi Muhammad SAW di langit keempat saat peristiwa Isra Mikraj.
Hikmah dari kisah Nabi Idris
Kisah ini memberikan banyak pelajaran berharga, Pentingnya ilmu, Ilmu pengetahuan adalah karunia Allah yang harus dicari dan diamalkan untuk kesejahteraan umat manusia. Keteguhan dalam dakwah, Meskipun menghadapi penolakan, Nabi Idris tetap sabar dan teguh dalam menyebarkan ajaran kebenaran.
Persiapan menghadapi kematian, Pengalaman Nabi Idris melihat surga dan neraka menjadi pengingat bagi setiap muslim untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dan kehidupan setelahnya. Kemuliaan orang beriman, Kehidupan Nabi Idris yang dipenuhi ibadah dan ketaatan menunjukkan bahwa Allah akan mengangkat derajat hamba-Nya yang saleh ke tempat yang tinggi.