عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ،
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ،
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ،
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ.»
رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
📖 Terjemah
Dari Abu Sa‘id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya.
Jika tidak mampu, maka dengan lisannya.
Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya.
Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
(HR. Muslim)
🕌 Makna Umum
Hadits ini merupakan landasan utama dalam amar ma’ruf nahi munkar — kewajiban setiap Muslim untuk berperan aktif dalam menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan. Rasulullah ﷺ menjelaskan tiga tingkatan dalam mencegah kemungkaran: dengan tangan, lisan, dan hati.
Mengubah dengan tangan dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang, seperti pemimpin atau penegak hukum. Mengubah dengan lisan dilakukan melalui nasihat, ajakan, atau peringatan dengan cara yang baik. Sedangkan mencegah dengan hati berarti menolak dan membenci kemungkaran dalam batin ketika tidak mampu berbuat lebih.
Hadits ini menunjukkan bahwa keimanan sejati menuntut tanggung jawab sosial — bukan hanya berdiam diri melihat kejahatan, tetapi berusaha mengubahnya sesuai kemampuan.
✨ Hikmah Hadits
-
Amar ma’ruf nahi munkar adalah ciri utama umat Islam dan tanda keimanan yang hidup.
-
Perubahan harus dilakukan sesuai kemampuan dan kedudukan seseorang, tanpa menimbulkan kerusakan lebih besar.
-
Diam terhadap kemungkaran tanpa alasan yang sah menunjukkan lemahnya iman seseorang.
-
Menyampaikan nasihat dengan hikmah dan kasih sayang adalah bentuk dakwah yang efektif.
-
Islam tidak hanya mengajarkan kesalehan pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial untuk memperbaiki masyarakat.
-
Hati yang tidak lagi merasa terganggu oleh kemungkaran adalah hati yang telah kehilangan cahaya iman.
📌 Kesimpulan
Hadits ini menegaskan bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk mencegah kemungkaran sesuai dengan kemampuannya. Mencegah dengan tangan menunjukkan kekuatan, dengan lisan menunjukkan ilmu dan nasihat, dan dengan hati menunjukkan kejujuran iman. Tingkatan ini bukan sekadar pilihan, tetapi cerminan kadar keimanan seseorang. Dalam kehidupan bermasyarakat, keimanan tidak cukup hanya di dalam hati, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menjaga kebaikan dan menolak keburukan. Seorang Muslim sejati tidak akan diam ketika melihat kemungkaran, sebab diam berarti melemahkan iman dan membiarkan kerusakan tumbuh di tengah umat.